Loading....
LAZNAS Dewan Dakwah - “Jauh.. jauh.. Kami shalatnya di rumah masing-masing saja,” ujar segerombolan lelaki Petani Sayur yang enggan pergi ke Masjid. Bukan karena tak getol shalat 5 waktu. Mereka pun rutin shalat seperti halnya kita. Hanya ada satu kendala, jarak.
‘Tak seperti di kota yang begitu mudah menemukan rumah Allah di berbagai sudut jalan. Mushola maupun Masjid jadi barang langka di Nagari Koto Laweh, Jorong Kandang Guguak, Kec Sepuluh Koto, Kab Tanah datar, Prov Sumatera Barat. Sedikit, jarang sekali. Sekalipun ada, warga harus menempuh jarak 2 Km dengan berjalan kaki untuk shalat di Masjid. Pelik kesulitan mereka.
Bisa dibayangkan bila minimal 5 kali dalam sehari harus berjalan bolak balik 4 Km perwaktu shalatnya. Ini berarti harus menempuh jalan 20 Km untuk shalat berjamaah sehari semalam. Mungkin bisa dikatakan nihil orang Koto Laweh yang mau melakukannya.
Ditambah lagi dengan nasib generasi penurus. Mereka tak dekat dengan Masjid, lantaran surau ‘tak nampak satu pun di nagari mereka. Mereka ‘tak terbiasa meramaikan tempat ibadah Umat Islam Itu. Miris.
Kisah lainnya datang dari Dusun Lima Puramalino, Desa Sipi, pedalaman Donggala. Selama bertahun-tahun, Muslim pedalaman Donggala ini begitu sulit ke Masjid. Jaraknya 1 Kilometer dengan jalan yang bergelombang. Ditambah ketiadaan listrik, sejak memasuki Magrib, gulita mulai menelengkupi tiap sudut perkampungan ini.
Jangankan jalan kaki, naik motorpun hanya segelintir orang yang mau. Lengah sedikit, sama saja menjemput musibah. Lampu sorot motor yang berpendar jadi satu-satunya pencahayaan.
Ialah Nenek Andri, sesepuh Puramalino yang tergerak hatinya untuk mewakafkan tanah seluas 400 m persegi demi berdirinya sebuah Mushola di pedalaman Donggala.
Ia sangat ingin melihat warga Dusun Lima Puramalino punya tempat ibadah yang dekat dengan pemukiman, sehingga tak sulit untuk shalat berjamaah, mengaji, dan ragam kegiatan keagamaan lainnya.
Ia tak ingin lagi mendengar sorak sorai anak kecil bermain, tapi nihil mengaji karena jauhnya jarak tempuh.
‘Tak hanya di Koto Laweh dan Puramalino, saudara kita lainnya di berbagai wilayah pedalaman, dan minoritas, serta terbelakang juga mesti menempuh jarak berkilo-kilo meter untuk shalat berjamah, lantaran belum ada Masjid/Mushola di sekitar wilayah mereka. Syiar Islampun belum banyak digalakan. Bahkan sayup-sayup adzan pun ‘tak terdengar.
Melalui program Menara Da’wah, hadirkan Masjid/Mushola untuk mendekatkan Rumah Allah bagi saudara-saudara Muslim di penjuru Nusantara !