LAZNAS DEWAN DAKWAH - ‘’Saya keliling empat kampung untuk ngajar ngaji, bergiliran tiap hari,’’ ujar guru ngaji kita, Ustadz Zulkifli Banfatin, di ujung sinyal dari Kampung Oeue, Desa Mauleum, Kec Amanuban Timur, Kab Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT).
(Wujudkan Motor Da'i untuk Ngajar 4 Kampung)
Ustadz Zul, sarjana yang baru lulus dari Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) M Natsir, Jakarta.
Melalui program da'i pulang kampung, ia berbesar hati kembali ke tanah kelahirannya. Mengabdikan diri untuk membina umatnya di pedalaman di NTT. Tinggalkan semua godaan untuk menetap di kota dengan gemerlap modernitas kehidupannya.
Tak hanya OeUe, kampung halamannya yang haus dakwah. Tiga dusun sebelah juga butuh. Maka, dengan spirit Dewan Dakwah, Ustadz Zul mengajar ngaji di empat kampung sekaligus: Oeue, Senben, Kium, dan Nun Hak Niti.
Jangan bayangkan lokasi kampung berdekatan melalui akses jalan beraspal. Antar-kampung terhubung dengan jalan setapak tanah dan bebatuan naik-turun bukit, juga ruas hutan. Perlu waktu minimum satu jam dari OeUe untuk ke kampung terdekat. Tanpa motor apalagi mobil, perjalanan itu dilakoni da'i kita. Lelah? Mohon jangan lagi ditanya.
‘’Di Oeue ada satu lagi guru ngaji lokal. Tapi di Senben tidak ada guru ngaji sama sekali. Padahal banyak mualaf di sana yang butuh pembinaan,’’ urainya via telepon dengan sinyal yang lemah dari pelosok Timor.
‘’Sedangkan di Nun Hak Niti, tidak ada yang bisa jadi khotib jumat. Biasanya, saya kadang pergi ke sana buat mengisi shalat Jumat juga,’’ imbuh anak muda yang memilih hidup untuk mengisi jalan dakwah ini.
Selain itu, sebenarnya ada satu guru ngaji di Kium, tapi kurang aktif membina. Kadang adzanpun tidak dikumandangkan.
‘’Saya pesan ke beliau, jangan sampai adzan tidak dikumandangkan di mushola,’’ papar da'i muda yang ingin membangun dakwah di NTT.
Untuk mendukung mobilitas dakwah Ustadz Zulkifli dan para da'i lainnya di pedalaman Nusantara, yuk bersama-sama kita kirimkan armada motor dakwah bagi mereka.