Loading....
LAZNAS DEWAN DAKWAH - ‘’Dakwah ini adalah warisan kepada setiap Muslim. Bagaimanapun kondisi kita, dakwah adalah prioritas. Keikhlasanlah yang menjadi modal utama melakoni dakwah ini. Insya Allah, keistiqomahan dalam dakwah akan selalu terpatri di dalam jiwa,’’ tutur Ustadz pencetak generasi penerus dakwah di pedalaman Meranti, Riau, M. Izhar Mukhtar. (Bangun Rumah Da'i, Hidupkan Cahaya Umat)
Ialah Ustadz Izhar yang bersungguh-sungguh menorehkan tinta-tinta dakwah di Pedalaman Meranti siang-malam. Kecintaannya terhadap dakwah mendorong ia bertotalitas mengurus pondok pesantren Tahfidz Al-Qur'an Babussa'adah 24 jam di Dusun Parit Amal, Desa Kedaburapat, Kec. Rangsang Pesisir, Kab. Kepulauan Meranti. Ia bersama para Da’i lainnya di sana bersukarela mengurus pesantren sehari-hari secara full. Akhtivitas hariannya ia habiskan untuk dakwah dan dakwah. Dakwah lagi dan lagi.
Sejak pembangunan pesantren Babussa'adah yang dimulai 5 tahun lalu, tekad dan semangat besar Ustadz Izhar telah membakar sumbunya. Di masa-masa awal, pesantren membuka pendaftaran pertama dengan biaya santri 250 ribu sebulan, namun sepi. Tidak ada yang mendaftar. Bukan tidak ada yang minat. Tapi dengan tingkat ekonomi masyarakat pedalaman yang sangat susah, berat rasanya mengeluarkan 250 ribu untuk SPP bulanan.
Dengan tekad baja dan dorongan Ustadz senior Dewan Da’wah, Ustadz Mohammad Firdaus, Ustadz Izhar gigih mengurus program tabungan akhirat Seribu Sehari Saja (Kencleng/S3) dengan mencari anggota dari pulau ke pulau, bahkan sampai ke kabupaten dan propinsi. Dimulai dengan mendapatkan 5 anggota, 10, 50, dan kini berkat kerja kerasnya telah mencapai 600 orang.
‘’Alhamdulillah sekarang seluruh santri Baabussaadah sdapat beasiswa full. Mereka dapat belajar tanpa dipungutan biaya,’’ tutur Ustadz Firdaus, menceritakan kesungguhan Ustadz Izhar yang berikhtiar membimbing agama anak-anak pedalaman Meranti.
‘’Beliau ini (Ustadz Izhar) sudah mengazamkan diri untuk fokus membina pesantren milik Dewan Da’wah ini,’’ imbuh Kepala LPM STID M Natsir yang juga berasal dari pedalaman Meranti ini.
Namun sayangnya, ternyata dana keluarga Izhar tiada mencukupi untuk menghadirkan rumah yang layak huni bagi keluarga kecilnya. Gaji atas kerja totalitas dakwahnya masih belum seberapa. Namun, hal ini tidak sedikitpun menyurutkan ia untuk pergi meninggalkan dakwah.
Berkali-kali ditawarkan pinjaman bank. Tapi, sosok da’i tangguh ini berkomitmen tinggi untuk tidak meminjam dan terlibat riba. ‘’Apalah artinya saya ngurus pesantren, tetapi saya juga melanggar hukum Allah,’’ begitu gumamnya menegas, sambal terus berikhtiar mengumpulkan dana sedikit demi sedikit demi membangun hangatnya rumah bagi istri dan 2 anaknya.
‘’Insya Allah saya bersyukur bisa angsur-angsur ngumpulin material untuk bangun rumah,’’ ujarnya dengan berselimut ketinggian rasa syukur.
Meski demikian, harapannyapun belum terwujud sempurna. Kini, istananya bersama keluarga hanya dengan sepetak kamar berdinding kayu. Tidur di sana. Masak di sana. Makanpun di sana. Iya, semuanya dalam 1 ruangan yang tak seberapa besarnya. Hingga mandipun masih menumpang di rumah orangtua karena bangunan kamar mandinya belum jadi dengan keterbatasan dana.
Sedih rasanya, pejuang dakwah setotalitas Ustadz Izhar harus menelan pahit sulitnya hidup demi mengemban komitmen besar dakwah.
Sosok sederhana yang ‘menikahi’ dakwah tuk menjadi jalan hidupnya, itu kini juga tengah merawat kedua orangtuanya yang sudah sepuh. Walau demikian, keduanya yang kira-kira berumur 73 tahun itu terus membersamai Ustadz Izhar mengajarkan ngaji kepada masyarakat Meranti. Sudah lebih dari 50 tahun TPA tua itu berdiri.
Yuk sama-sama kita hadirkan tulusnya kepedulian untuk Ustadz Izhar dan keluarga dakwahnya agar dapat memiliki rumah yang layak, yang mampu menyelimuti lelahnya setelah berpeluh keringat seharian berdakwah.
Yuk sama-sama kita kuatkan Ustadz Izhar untuk memegang komitmen dakwah pedalaan di pundaknya, agar semakin kuat titah juangnya untuk membina, mendidik, dan mencetak generasi-generasi Islam di pedalaman Meranti.